Makna Filosofi "Seorang Guru Mengajar Tanpa Sepatah Kata". - MEDIA INFORMASI TERKINI
JASA PEMBUATAN WEBSITE, SERVICE KOMPUTER, LAPTOP DAN PEMASANGAN CCTV ONLINE/OFFLINE . HUB: "082231314900"

Makna Filosofi "Seorang Guru Mengajar Tanpa Sepatah Kata".

menyendiri mencari ketenangan


Seseorang berkata: "Guru kita tidak mengucapkan sepatah kata pun"
Jalalludin Rumi menjawab : Dengarlah, karena kamu berfikir tentang aku, kamu hadir dihadapanku. Memikirkanku tidak menggemuruhkan kalimat dalam dirimu, "Bagaimana kabarmu?" Pikiran tanpa kata-kata ini menyeretmu kemari. Jika kenyataan aku menyeretmu tanpa tanpa kata-kata dan membawahmu ketempat lain, apa yang begitu indah anpa kata-kata? kata-kata adalah bayangan kenyataan, hanyalah dahan kenyataan. Karena bayangan terhampar, seberapa banyak lagi kenyataan!

Kata-kata adalah sebuah dalih. Ia adalah ikatan jiwa yang menarik seseorang kepada orang lain, bukan kata-kata. Jika seseorang harus melihat seratus keajaiban dan berkat-berkat Ilahi, masih saja, tanpa hubungan ruhani dengan Wali atau Nabi yang merupakan sumber keajaiban-keajaiban itu, semua fenomena ini akan pupus sia-sia. Unsur ruhaniah inilah yang menarik dan menggerakkan kita. Jika tidak ada unsur kekuningan dalam warna kuning, warna kuning itu tidak akan pernah tertarik dengan unsur kekuningan [Rumi mengacu pada listrik statis disini]. Mereka tidak saling bertempelan, sekalipun kamu menggosok unsur kekuningan itu dengan bulu. Pertukaran antara keduanya tersembunyi, bukan sesuatu yang kasat mata.

Pemikiran inilah yang membawa kita. Pemikiran tentang sebuah taman yang membawa kita ke taman itu. Pemikiran tentang sebuah toko yang membawa kita ke toko itu. Akan tetapi, didalam pemikiran-pemikiran ini tersimpan sebuah rahasia. Tidak pernahkah kamu mendatangi sebuah tempat, berharap menumukan kebaikan, namun hanya menemui kekecewaan? Pemikiran-pemikiran ini, karenanya, seperti sebuah selimut, dan didalam selimut itu seseorang tersembunyi. Kenyataan yang terang menyeretmu dan selimut pemikiran menghilang, tidak akan ada kekecewaan. Kemudian akan kamu lihat kenyataan seperti apa adanya, dan tidak lebih.

"Disaat itulah rahasia rahasia dicoba"

Jadi alasan apa bagiku untuk bicara? sesungguhnya apa yang menarik hanyalah sebuah benda, namun ia bisa muncul sebagai banyak benda. Kita dikuasai oleh ratusan hawa nafsu yang berbeda. "Aku ingin bihun," teriak kita "Aku ingin roti. Aku ingin halwa. Aku ingin kue jagung. Aku ingin buah. Aku ingin kurma." Kita menyebut semua ini satu per-satu, namun akar dari benda ini hanya satu: "akarnya adalah lapar." Tidakkah kamu lihat betapa, ketika kita memenuhi keinginan kita yang tidak lain satu hal itu, kita berkata, "Ada yang lain yang dibutuhkan?" Oleh karenanya, ini bukan sepuluh atau seratus benda, melainkan hanya satu yang menyeret kita.

"Dan jumlah mereka yang kita tunjuk hanya sebagai cobaan."

Banyaknya hal di dunia ini hanyalah sebuah cobaan oleh Allah, karena mereka menyembunyikan satu kenyataan tunggal. Ada sebuah pribahasa bahwa wali adalah satu, manusia adalah seratus, yang bermakna bahwa seluruh perhatian sang wali tertuju hanya pada satu kebenaran, sementara orang-orang dibuyarkan oleh ratusan penampakan.  Tetapi seratus yang mana? lima puluh yang mana? enam puluh yang mana? Tersesat di belantara dunia bayangan yang berbayang ini, mereka adalah orang-orang tanpa wajah tanpa tangan tanpa kaki, tanpa pikiran tanpa jiwa, yang berkitaran seperti sebuah jimat ajaib, seperti air raksa atau suhu udara. Mereka tidak tahu siapa mereka sebenarnya. Panggilah mereka enam puluh atau seratus atau seribu, dan sang wali hanyalah satu, tetapi bukaknkah pandangan ini juga merupakan cobaan?  Karena kebenaran adalah bahwa ratusan adalah kosong, sedangkan wali seribu, dan seratus ribu, dan ratusan ribu.

Seorang raja konon memberi seorang tentara rangsum untuk seratus orang. Para tentara memprotes, tetapi raja tidak berkata apa-apa. Ketika hari peperangan tiba, sekelompok pasukan berhamburan ke lapangan, kecuali seorang pasukan yang berperang sendirian. "Sekarang kamu lihat sendiri," kata raja. "Karena alasan ini, aku memberi makan seseorang manusia dengan seratus rangsum."

Ini memaksa kita untuk membuang prasangka dan mencari seorang sahabat Allah. Akan tetapi, ketika kita telah menghabiskan seluruh hidup di lingkungan manusia yang tidak membeda-bedakan, maka kemampuan pembedaan kita menjadi lemah, dan sahabat sejati itu mungkin berlalu tanpa kita sadari.

Diskriminasi adalah sebuah sifat yang selalu tersembunyi dalam diri seseorang. Tidakkah kamu lihat bahwa seorang gila memiliki tangan dan kaki tetapi kekurangan diskriminasi? Diskriminasi adalah sebuah esensi subtil dalam dirimu.  Tetapi, sepanjang siang dan malam kamu telah disibukkan dengan merawat bentuk fisik, yang seluruhnya mengabaikan esensi yang subtil itu? Bentuk fisik ada melalui subtil itu, tetapi esensi itu tidak pernah bergantung pada bentuk fisik.

Cahaya yang bersinar ke seluruh jendela mata dan telinga, jika jendela-jendela itu tidak ada, cahaya tidak akan berhenti. Ia akan mencari jendela-jendela lain untuk disinari. Jika kamu membawa sebuah lampu didepan matahari, apakah kamu katakan, "Aku melihat matahari dengan bantuan lampu ini?" Demi Allah! jika kamu tidak membawa lampu, matahari masih tetap bersinar. Apa perlunya membawa lampu?.

Belum ada Komentar untuk "Makna Filosofi "Seorang Guru Mengajar Tanpa Sepatah Kata"."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel