Apakah Ulama' Harus Menjauhi Pemerintah? Begini Penjelasannya.
Kamis, 07 Mei 2020
Tulis Komentar
Filsuf Jalaluddin Rumi Berkata : Nabi besar Muhammad pernah bersabda, "Cendekiawan (ulama') terburuk adalah mereka yang mengunjungi raja (penguasa), dan raja (penguasa) terbaik adalah mereka yang mengunjungi para cendekiawan (ulama)." Bijaksanalah penguasa (raja) yang berdiri di depan pintu kaum miskin, dan terkutuklah si miskin yang berdiri didepan pintu penguasa (raja).
Sekarang menyimak makna harfiahnya saja orang berpikir bahwa cendekiawan hendaknya tidak pernah mengunjungi penguasa atau mereka akan menjadi yang terpuruk. Itu bukan makna sesungguhnya. Tetapi, cendekiawan terburuk adalah mereka yang bergantung pada para penguasa, dan yang menjalani kehidupan untuk mendapatkan perhatian atau pertolongan dari penguasa. Cendekiawan yang demikian terbuai dengan harapan bahwa sang raja akan memberi mereka hadiah-hadiah, menaikkan derajat mereka, dan mempromosikan mereka untuk memperoleh jabatan.
Oleh karena itu, Ulama' semacam itu mengembangkan diri dan mengejar ilmu demi penguasa. Mereka menjadi ulama, yang takut kepada penguasa. Mereka tunduk pada kendali penguasa. Mereka menyenangkan diri penuh harap agar sang penguasa memperhatikan mereka. Jadi, apakah mereka yang mengunjungi panguasa atau penguasa yang mengunjungi mereka, tetap menjadikan mereka sebagai pengunjung dan penguasalah yang dikunjungi.
Akan tetapi, ketika cendekiawan tidak belajar untuk menyenangkan penguasa, tetapi justru mengejar ilmu demi kebenaran semata sejak awal hingga akhir, ketika tindakan dan kata-kata mereka muncul dari kebenaran, mereka telah belajar dan melaksanakannya, karena ini merupakan sifat mereka dan mereka tidak bisa hidup sebaliknya sebagaimana ikan hanya dapat bertahan hidup dalam air. Ulama semacam itu tunduk pada kendali dan petunjuk Tuhan. Mereka dilimpahi bimbingan para Nabi. Setiap orang yang hidup di masa mereka tersentuh oleh mereka dan mendapatkan inspirasi dari panutan mereka, baik mereka sadari atau tidak.
Sekalipun ulama' mengunjungi penguasa, mereka masih sebagai orang yang dikunjungi dan sang penguasa pengunjungnya, karena dalam segala hal penguasalah yang mengambil manfaat dari ulama' ini dan memperoleh pertolongan dari mereka. Ulama' yang demikian terlepas dari sang raja. Mereka laksana matahari yang memancarkan cahaya, yang seluruh peranannya adalah untuk memberi kepada semua secara universal, yang mengubah batu-batu menjadi zamrud dan permata, yang mengubah gunung menjadi tambang=tambang batu bara, emas, perak dan besi, yang menjadikan bumi menjadi segar dan hijau, yang mengirim buah-buahan kepada pohon-pohon, dan kehangatan pada kesejukan. Perdagangan mereka adalah memberi, mereka tidak menerima. Orang-orang arab telah mengekspresikannya dalam sebuah pribahasa: "kita telah belajar dalam rangka untuk memberi, kita tidak belajar untuk mengambil." Maka, demikianlah mereka dengan segala cara dikunjungi dan sang penguasalah pengunjungnya.
Belum ada Komentar untuk "Apakah Ulama' Harus Menjauhi Pemerintah? Begini Penjelasannya."
Posting Komentar