Ungkapan Perasaan Seorang Ayah Untuk Anaknya
Kamis, 07 Mei 2020
Tulis Komentar
Teruntuk anakku…
Aku tulis surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki, surat seorang ayah kepada seorang anak.
Nak…, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku saat menanti kelahiranmu dulu, belumlah hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari oleh sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.
Nak…, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah nabi-nabi dan rosul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Nak…., saat pertama kau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata ‘TIDAK’, timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya, engkau bukan milikku atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan dan cinta ibumu, engkau adalah milik Allah, tak ada hakku menuntut pengabdian darimu, karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Allah.
Nak…., sedih..pedih…dan terhempaskan rasanya kala menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau, dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata di hadapan Allah. Syukurlah penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada Pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan Pemilikmu, melakukan segala sesuatu karenaNya, bukan karena kau, aku dan ibumu.
Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Allah.
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Allah, agar perjalananmu mendekati-Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kita pun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau ku hindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.
Akhirnya Nak… kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Allah, dan kudapati jarakku amat jauh dari-Nya, aku akan ikhlas karena seperti itulah aku didunia. Tapi kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Allah. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.
Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.
Belum ada Komentar untuk "Ungkapan Perasaan Seorang Ayah Untuk Anaknya"
Posting Komentar